Why Me?
Ini pertanyaan, atau lebih tepat bila disebut ratapan, yang pertama keluar saat saya-anda-kita, ditimpa kemalangan, menghadapai sesuatu yang di luar harapan, diuji. Mengeluh memang reaksi termudah terhadap segala persoalan hidup, seolah-olah dengan mengeluh, masalah itu menghilang, dan akan menemukan jalan keluarnya sendiri. Dan apalagi yang lebih mudah kita persalahkan selain takdir Tuhan. seolah Tuhan menciptakan manusia ke dalam dunia yang option-less, yang tanpa pilihan. Padahal bukankah seringnya kita yang menghadapkan diri kita pada situasi yang (seolah-olah) option-less.
Yang perlu kau ingat, adalah bahwa Tuhan tidak perlu bertanya, atau meminta izin dari siapapun sebelum menjalankan kuasaNya tentang apapun dan pada siapapun yang Dia kehendaki. Dia tahu apa yang tidak kita ketahui. Dia mengatur sampai pada detail terkecil yang bahkan tak terlintas untuk kita pikirkan. Kita lah yang hidup dalam keterbatasan pengetahuan, yang menjadikan kita sibuk mencari sumber kesalahan, mencari seseorang (sesuatu), yang bisa dipersalahkan atas ketidaksesuaian kenyataan hidup dengan rencana yang terlanjur kita susun rapi, dan ketika tak ada lagi yang bisa dipersalahkan, kita lalu mempersalahkan Tuhan(?).
Jujurlah, apakah pernah terlintas pertanyaan “why me?” saat kita menerima takdir yang lebih baik. Setumpuk uang, kesempatan merasakan pendidikan di sekolah terbaik, rumah dan tempat tidur nyaman, makanan enak, atau bahkan sesederhana mempertanyakan kenapa Tuhan masih membangunkan kita dari tidur semalam, tapi berhenti memberi nafas pada seorang lain di sudut lain? Apakah menurutmu saat itu Tuhan lalai, lalu memberi jatah hidup pada orang yang salah? Dia tidak pernah lalai, Dia hanya tahu benar apa yang dia lakukan, lagi-lagi kitalah yang serba tak tahu.
Maka sebelum kau lagi-lagi menggugat Tuhan dengan pertanyaan-pertanyaanmu, syukurilah apa yang dia berikan, baik, buruk, manis, atau pahit. Sebab tak ada ketetapannya yang sia-sia, kita hanya perlu mensyukuri, menggali makna di balik ketetapanNya, memetik pelajaran, lalu berjalan tegak di tengah segala yang Tuhan anugerahkan.
Dan mungkin, hanya mungkin, pada setiap pertanyaan “why me?” yang kau ajukan, Tuhan menjawab “why not you?”
***
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (55:13)“